Visi
- Menjadi pelopor pendidikan profesi apoteker yang unggul di tingkat nasional dan bertaraf internasional, mengabdi kepada kepentingan bangsa dan kemanusiaan dengan mengedepankan etika dan moral yang dijiwai Pancasila
Misi
Visi
Misi
Program Studi Profesi Apoteker (PSPA) Fakultas Farmasi UGM mempunyai 2 minat yaitu :
Fasilitas yang tersedia di Fakultas Farmasi UGM bagi mahasiswa Program Pendidikan Profesi Apoteker :
Selain fasilitas yang tersebut diatas mahasiswa berkesempatan melaksanakan Praktek Kerja Profesi Apoteker di tempat yang berkualitas, antara lain :
A. Kompetensi Umum:
Knowlege
Sejarah singkat
Fakultas Farmasi Universitas Gadjah Mada didirikan oleh Kementrian Kesehatan RI pada tanggal 27 September 1946 dengan nama Perguruan Tinggi Ahli Obat (PTAO) (tanggal tersebut ditetapkan sebagai hari kelahiran Fakultas Farmasi UGM). Pada waktu itu PT Kedokteran, PT Kedokteran Gigi dan PT Farmasi masih dibawah Kementrian Kesehatan. Istilah Perguruan Tinggi diubah menjadi Fakultit yaitu Fakultit Kedokteran, Kedokteran Gigi dan Farmasi (FKKGF). Pada tahun 1954 Pemerintah memutuskan untuk menyeragamkan istilah Fakultit dan Universitit menjadi Fakultas dan Universitas dan perkataan Negeri pada UNGM dihapus menjadi UGM.
Assalamu’alaikum Wr. Wb
Alhamdulillah, website Program Studi Profesi Apoteker (PSPA) UGM sudah bisa diwujudkan sehingga bisa menjadi sarana komunikasi antara Fakultas/Ka Prodi dengan mahasiswa serta para stakeholder.
Harapan kami website ini bisa bermanfaat untuk kita semuanya terutama untuk kelancaran informasi serta peningkatan mutu Pendidikan Profesi Apoteker di UGM khususnya dan di Indonesia pada umumnya, amien.
Selain itu kami tampilkan juga informasi lowongan kerja, semoga bermanfaat bagi mahasiswa dan lulusan
Farmasi UGM – Dekan Fakultas Farmasi, Prof. Dr. Agung Endro Nugroho, M.Si., Apt sambut kedatangan Pre Agusta Siswantoro selaku Direktur Supply Chain PT. Kalbe Farma pada Selasa, 24 Juli 2018. Bertempat di Unit I Fakultas Farmasi UGM, kedua belah pihak banyak berdiskusi mengenai strategi untuk meningkatkan minat lulusan Farmasi UGM untuk bekerja di industri farmasi.
Dirasakan oleh kedua belah pihak, ada sebuah fenomena menarik yang terjadi dalam beberapa tahun terakhir. Minat lulusan Farmasi pada pekerjaan di sektor industri cenderung mengalami penurunan dari tahun-tahun sebelumnya. Padahal, industri-industri kefarmasian di Indonesia sangat membutuhkan tenaga kerja yang memiliki latar belakang ilmu farmasi. Di lain pihak, dari data survey alumni, lulusan Farmasi UGM cenderung banyak yang bekerja di Industri (lebih dari 50%) ketika setelah lulus dari program apoteker.
Mahasiswa Program Studi Profesi Apoteker 2018 mengadakan kegiatan pelatihan softskill yang berlangsung pada tanggal 12-13 Mei 2018. Kegiatan ini dilaksanakan dengan beberapa alasan, selain demi mempersiapkan apoteker muda yang siap menghadapi persaingan memasuki dunia kerja, namun juga demi membangun kesadaran dari mahasiswa PSPA 2018 mengenai potensi dan kemampuan yang selama ini sudah dimiliki serta sejauh mana masih perlu ditingkatkan. Mental yang kuat dalam menghadapi persaingan ketika memasuki dunia kerja merupakan hal yang tidak dapat dibangun secara instan, sehingga perlu adanya persiapan yang panjang. Seorang calon apoteker lulusan Program Studi Profesi Apoteker Universitas Gadjah Mada tentu telah memiliki bekal keilmuan yang memadahi yang didapatkan selama di bangku kuliah, namun lebih dari itu seorang lulusan perguruan tinggi perlu memiliki softskill yang memadai juga. Berlandaskan hal tersebut, kegiatan pelatihan softskill ini diadakan untuk merangkai berbagai kemampuan yang sudah didapatkan semenjak di program sarjana, dan hal ini akan menjadi investasi yang tidak ternilai harganya bagi masa depan setiap calon apoteker mahasiswa PSPA UGM 2018. Oleh karena itu, tema kegiatan pelatihan softskill 2018 kali ini yaitu “Good Leadership : An Investment To Reach Your Future Career.”
Farmasi UGM – Uji Kompetensi Apoteker Indonesia atau yang biasa dikenal dengan UKAI adalah syarat utama bagi para calon apoteker mendapatkan “lisensi” keprofesiannya. Ujian ini juga ditujukan sebagai tolak ukur tentang pengetahuan akan ilmu farmasi dan untuk mempersiapkan para calon apoteker menghadapi dunia kerja. UKAI dirancang sedemikian rupa untuk menjadi parameter kualitas apoteker, terlebih mengingat kurikulum institusi pendidikan kefarmasian di Indonesia berbeda-beda.
Dalam menghadapi ujian UKAI, mahasiswa membutuhkan strategi belajar yang baik dan tepat sasaran. Seperti yang disampaikan oleh Nanan Tresnaasih, bahwa belajar tidak hanya sekedar buka buku dan mengingat jawaban, namun juga musti memperhatikan komposisi soal yang mungkin nanti akan muncul. “Sebelum belajar, kita harus melihat blue print soal UKAI. Setelah paham, barulah kita memutuskan mau mendalami materi yang mana terlebih dahulu,” cerita Nanan dalam sesi wawancara.